JAKARTA - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah semakin memperkuat langkah strategis dalam penanganan masalah rob di wilayah pesisir Demak dan Semarang melalui pengembangan Tol Semarang-Demak Seksi I. Proyek ini bukan sekadar infrastruktur transportasi biasa, melainkan juga bagian dari upaya besar yang menggabungkan fungsi jalan tol dengan perlindungan lingkungan, berupa giant sea wall atau tanggul laut raksasa. Untuk mewujudkan hal tersebut, Pemerintah melakukan perluasan area proyek dengan penambahan lahan seluas 52,65 hektar, yang saat ini sedang dalam proses penetapan lokasi (penlok).
Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah terkait penetapan lokasi ini menjadi tanda bahwa proyek strategis ini berjalan sesuai target. Hasil pemutakhiran data pada April 2025 mengungkapkan bahwa lahan tambahan tersebut tersebar di dua wilayah, yaitu Kota Semarang dan Kabupaten Demak, dengan total 134 bidang tanah. Rinciannya, 65 bidang berada di Kota Semarang, yang mencakup beberapa kelurahan seperti Tambakrejo, Terboyo Kulon, Terboyo Wetan, dan Trimulyo, serta 69 bidang di wilayah Kabupaten Demak khususnya di Desa Sriwulan dan Bedono.
Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Disperakim) Provinsi Jawa Tengah, Boedyo Dharmawan, menjelaskan bahwa penetapan lokasi ini merupakan hasil tindak lanjut dari surat Direktorat Jenderal Bina Marga yang mengusulkan penambahan lahan untuk menyukseskan proyek tol ini. Prosesnya telah melalui tahapan yang ketat, mulai dari verifikasi data, sosialisasi, pendataan awal, hingga konsultasi publik dengan masyarakat sekitar.
Meski sebagian bidang tanah merupakan milik instansi pemerintah dan belum dilakukan pelepasan resmi, aturan yang berlaku memberikan ruang bagi Gubernur untuk mengeluarkan kebijakan menerbitkan penlok sebelum pelepasan lahan selesai. Hal ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 Pasal 43, yang memberikan fleksibilitas agar proyek tidak tertunda.
Lahan tambahan ini akan digunakan untuk beberapa keperluan penting dalam proyek Tol Semarang-Demak Seksi I, termasuk pelebaran jalan tol dan pembangunan kolam retensi. Kolam retensi ini berfungsi sebagai penampung air untuk mengantisipasi luapan air rob yang kerap melanda wilayah tersebut. Di kawasan Terboyo, terdapat kolam retensi berukuran hampir 189 hektar dengan kapasitas menampung hingga 6 juta meter kubik air. Sedangkan di Sriwulan, kolam retensi yang lebih kecil seluas 28 hektar mampu menampung lebih dari 1 juta meter kubik air.
Pengembangan kolam retensi dan giant sea wall ini tidak hanya sekedar solusi teknis, melainkan juga langkah adaptasi jangka panjang terhadap perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut. Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menegaskan bahwa proyek ini merupakan bagian dari strategi berkelanjutan untuk melindungi pemukiman dan kawasan industri di pesisir Semarang dan Demak dari ancaman rob yang semakin parah.
Keberadaan Tol Semarang-Demak Seksi I sebagai tanggul laut sekaligus infrastruktur jalan memberikan nilai tambah yang signifikan. Selain memperlancar arus transportasi dan distribusi logistik, tol ini juga menjadi benteng pertahanan terhadap banjir rob. Dengan dukungan kolam retensi berkapasitas besar, proyek ini diharapkan mampu menekan dampak sosial dan ekonomi yang ditimbulkan oleh banjir rob selama ini.
Gubernur Luthfi juga menegaskan komitmennya untuk mendorong percepatan pembangunan. Ia menargetkan agar giant sea wall ini sudah berfungsi secara optimal pada tahun 2026. Selain fokus pada proyek jangka panjang, pemerintah juga melakukan langkah penanganan jangka pendek dengan mengerahkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk intervensi di 22 desa terdampak rob di Kecamatan Sayung.
Proyek ini juga menjadi momentum penting dalam sinergi antara pemerintah pusat dan daerah. Kolaborasi berbagai pihak, mulai dari instansi terkait hingga masyarakat lokal, merupakan kunci keberhasilan dalam membangun infrastruktur yang tidak hanya modern tetapi juga ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Pentingnya pengembangan tol ini juga didukung oleh fakta bahwa wilayah Semarang dan Demak merupakan kawasan yang rawan terhadap banjir rob, terutama saat musim hujan dan pasang air laut tinggi. Infrastruktur konvensional selama ini belum mampu mengatasi tantangan ini secara maksimal. Oleh karena itu, konsep giant sea wall yang dikombinasikan dengan jalan tol menjadi solusi inovatif dan komprehensif.
Dengan penambahan lahan yang kini tengah diurus proses penetapan lokasinya, diharapkan pelaksanaan proyek dapat berjalan lancar tanpa hambatan berarti. Kesiapan administratif ini menjadi modal penting agar tahapan pembangunan dapat dilakukan secara bertahap dan efisien.
Dari sisi masyarakat, proyek ini juga menawarkan harapan baru. Keberadaan jalan tol yang lebih baik dan pengurangan risiko rob akan memberikan kenyamanan dan keamanan yang lebih baik bagi warga di sekitar pesisir. Aktivitas ekonomi seperti perdagangan, pertanian, dan industri di kawasan tersebut juga diperkirakan akan lebih berkembang karena infrastruktur yang memadai.
Pengembangan Tol Semarang-Demak Seksi I bukan sekadar proyek transportasi biasa. Proyek ini adalah bagian integral dari strategi mitigasi bencana banjir rob dan peningkatan kualitas hidup masyarakat pesisir Jawa Tengah. Dengan penetapan lokasi lahan tambahan dan pembangunan kolam retensi besar, proyek ini membuka jalan bagi masa depan yang lebih aman, efisien, dan berkelanjutan.