JAKARTA - Indonesia selama ini menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) domestik. Produksi minyak nasional yang terus menurun membuat negara masih harus mengimpor minyak dalam jumlah besar untuk menutupi kekurangan. Konsumsi minyak dalam negeri kini mencapai 1,6 juta barel per hari, sementara produksi hanya sekitar 580.000 barel per hari pada tahun 2024. Ketergantungan impor ini menjadi beban besar bagi ekonomi nasional dan mengancam ketahanan energi Indonesia.
Menanggapi kondisi ini, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meluncurkan tiga strategi utama untuk meningkatkan produksi minyak dalam negeri. Strategi ini menjadi langkah krusial untuk mengurangi impor dan memperkuat kemandirian energi nasional.
Optimalisasi Teknologi Produksi Minyak
Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, dalam pembukaan Musyawarah Nasional V Asosiasi Daerah Penghasil Migas dan Energi Terbarukan (ADPMET) menyampaikan bahwa langkah pertama yang dilakukan adalah mengoptimalkan penggunaan teknologi dan teknik produksi terkini. Teknologi seperti fracking (hydraulic fracturing), enhanced oil recovery (EOR), dan pengeboran horizontal menjadi fokus utama untuk meningkatkan hasil produksi dari sumur yang sudah ada.
Teknologi ini bertujuan memaksimalkan ekstraksi minyak dari sumur yang selama ini masih belum optimal produksinya, terutama di lapangan-lapangan tua yang produksinya menurun secara alami. Dengan menggunakan teknologi tersebut, diharapkan produksi minyak dapat meningkat tanpa perlu membuka lapangan baru yang membutuhkan waktu dan biaya besar.
Yuliot menekankan bahwa penggunaan teknologi ini harus didukung dengan perizinan yang cepat dan dukungan dari pemerintah daerah agar prosesnya bisa berjalan lancar dan efisien.
Reaktivasi Sumur Idle: Potensi yang Belum Dimanfaatkan
Strategi kedua yang diimplementasikan oleh Kementerian ESDM adalah menghidupkan kembali sumur-sumur minyak yang selama ini tidak aktif atau idle. Dari total 16.990 sumur yang ada, sebanyak 4.495 sumur akan direaktivasi untuk menambah produksi minyak nasional.
Sumur idle ini biasanya tidak beroperasi karena berbagai alasan, seperti keterbatasan teknologi, biaya operasional yang tinggi, atau tingkat produksi yang sangat rendah sehingga tidak ekonomis dikelola oleh kontraktor besar. Namun, dengan pendekatan baru, sumur-sumur ini dapat dimanfaatkan kembali sebagai sumber produksi tambahan.
Untuk pengelolaan sumur tua yang menghasilkan minyak dalam jumlah kecil sekitar 1-2 barel per hari Kementerian ESDM mendorong pengelolaan oleh badan usaha milik daerah (BUMD) atau koperasi setempat. Pengelolaan oleh BUMD dan koperasi ini diharapkan dapat memberdayakan ekonomi lokal melalui skala usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Mekanisme bagi hasil juga sudah diatur, dimana 80 persen hasil produksi akan diberikan kepada BUMD atau koperasi, dan sisanya 20 persen kepada kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Selain itu, KKKS juga berkewajiban membina dan mendukung pengelolaan sumur oleh BUMD dan koperasi tersebut.
Eksplorasi Wilayah Timur untuk Cadangan Baru
Langkah ketiga yang menjadi fokus Kementerian ESDM adalah melakukan eksplorasi untuk menemukan potensi cadangan minyak baru, khususnya di wilayah Indonesia Timur. Wilayah ini dikenal memiliki sumber daya alam yang melimpah namun belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal.
Eksplorasi di wilayah timur juga dianggap strategis mengingat kawasan tersebut selama ini sulit dijangkau dan belum memiliki infrastruktur migas yang memadai. Dengan membuka potensi baru di sana, pemerintah berharap bisa memperbesar pasokan minyak nasional dan sekaligus mendorong pembangunan ekonomi daerah.
Namun, keberhasilan eksplorasi juga sangat bergantung pada dukungan dari pemerintah daerah terkait perizinan dan regulasi. Yuliot menegaskan perlunya sinergi dan kolaborasi yang baik antara pusat dan daerah agar proses ini bisa berjalan cepat dan efektif.
Realisasi dan Target Produksi Minyak
Pada tahun 2024, produksi minyak nasional tercatat rata-rata 580.000 barel per hari, menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 606.000 barel per hari. Pemerintah menargetkan produksi dapat meningkat menjadi 605.000 barel per hari pada tahun 2025 melalui pelaksanaan ketiga strategi tersebut.
Ambisi jangka panjang pemerintah adalah meningkatkan produksi minyak hingga mencapai satu juta barel per hari pada tahun 2030. Target ini sangat penting agar Indonesia bisa mengurangi ketergantungan impor yang masih mencapai satu juta barel per hari, sehingga ketahanan energi nasional menjadi lebih terjamin.
Hambatan dan Solusi Pengelolaan Sumur Tua
Mayoritas sumur minyak di Indonesia merupakan sumur tua yang mengalami penurunan produksi alami sekitar 15-20 persen per tahun. Dengan tingkat produksi rendah, pengelolaan sumur tersebut oleh perusahaan besar (KKKS) dianggap tidak ekonomis.
Kementerian ESDM menyiasati hal ini dengan mengalihkannya ke BUMD dan koperasi yang memiliki kapasitas mengelola skala kecil. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan produksi nasional tetapi juga memberdayakan ekonomi lokal dan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat di sekitar sumur.
Sinergi untuk Ketahanan Energi Nasional
Meningkatkan produksi minyak nasional bukan tugas mudah dan memerlukan kerja sama erat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, kontraktor, dan masyarakat. Kementerian ESDM melalui tiga strategi utama optimalisasi teknologi, reaktivasi sumur idle, dan eksplorasi wilayah baru berupaya keras mewujudkan target produksi yang ambisius.
Dengan dukungan kebijakan yang tepat dan sinergi semua pihak, Indonesia diharapkan mampu mengurangi ketergantungan impor minyak dan memperkuat ketahanan energi nasional demi masa depan yang lebih mandiri dan berkelanjutan.