BI Jatim Tegaskan Investasi Manufaktur Penggerak Ekonomi Daerah

Kamis, 06 November 2025 | 12:11:10 WIB
BI Jatim Tegaskan Investasi Manufaktur Penggerak Ekonomi Daerah

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi wilayah Jawa diyakini semakin kokoh dengan penguatan investasi manufaktur yang strategis dan kondusif. 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur, Ibrahim, menegaskan bahwa ekosistem investasi di sektor manufaktur menjadi fondasi utama untuk mendorong keberlanjutan pertumbuhan ekonomi daerah. 

Pernyataan ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Daerah Wilayah Jawa yang digelar di Surabaya pada Rabu.

“Penguatan ekosistem investasi yang kondusif bagi sektor manufaktur sejalan dengan Asta Cita Pemerintah, terutama dalam menciptakan lapangan kerja dan mengembangkan industri berkelanjutan,” ujar Ibrahim.

Wilayah Jawa memiliki peranan vital dalam struktur ekonomi nasional. Keberhasilan investasi manufaktur di daerah ini tidak hanya akan meningkatkan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, tetapi juga menciptakan efek domino bagi sektor lain, seperti logistik, jasa, dan perdagangan. 

Namun, akselerasi investasi tidak luput dari tantangan yang perlu diatasi, mulai dari infrastruktur yang belum merata, regulasi yang kompleks, hingga akses pembiayaan yang masih terbatas.

Strategi Memperkuat Investasi di Jawa

Ibrahim menjelaskan terdapat tiga strategi utama yang menjadi kunci dalam memitigasi hambatan investasi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi Jawa:

Optimalisasi konektivitas dan link and match ketenagakerjaan
Kolaborasi antara dunia industri dan institusi pendidikan vokasi menjadi prioritas untuk memastikan ketersediaan tenaga kerja terampil yang sesuai kebutuhan manufaktur. Strategi ini juga diharapkan memperkecil mismatch antara kompetensi lulusan dan permintaan industri.

Dukungan insentif dan penyederhanaan perizinan
Pemerintah daerah diminta memberikan kemudahan prosedur perizinan serta insentif fiskal bagi investor, agar proses masuknya modal lebih cepat dan efisien. Langkah ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pelaku industri domestik maupun internasional.

Perluasan akses pembiayaan dan promosi investasi terintegrasi
Sinergi lintas instansi di tingkat provinsi dan kabupaten/kota menjadi kunci dalam memperluas promosi investasi. Selain itu, akses pembiayaan yang memadai bagi investor sektor manufaktur dianggap krusial untuk memperkuat kapasitas produksi dan daya saing.

Peran Pemerintah dalam Mendorong Iklim Investasi

Asisten Deputi Pengembangan Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Aneka Kemenko Perekonomian, Atong Soekirman, menekankan bahwa pemerintah secara aktif menciptakan iklim investasi yang kondusif. Upaya tersebut mencakup penyederhanaan perizinan, pemberian insentif fiskal, serta penguatan Kawasan Ekonomi yang strategis.

Atong juga menekankan pentingnya integrasi kebijakan industri dengan ketenagakerjaan. Tujuannya adalah agar investasi tidak hanya menambah angka modal masuk, tetapi juga menciptakan lapangan kerja berkualitas dan merata di seluruh wilayah Jawa.

 “Pertumbuhan investasi harus berdampak langsung pada penyerapan tenaga kerja, sehingga manfaatnya bisa dirasakan masyarakat luas,” ujarnya.

Selain itu, penguatan koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi faktor penting dalam memastikan setiap investasi berjalan lancar. Pemerintah daerah diharapkan proaktif memberikan dukungan bagi investor, terutama dalam hal fasilitasi izin dan penyediaan lahan.

Capaian Investasi di Jawa

Realisasi investasi di Jawa menunjukkan tren positif. Direktur Perencanaan Sumber Daya Alam dan Industri Manufaktur Kementerian Investasi dan Hilirisasi, Ratih Purbasari Kania, mencatat hingga kuartal III 2025, nilai investasi di wilayah Jawa mencapai Rp692,5 triliun. Angka ini setara dengan 48 persen dari total investasi nasional, menegaskan posisi Jawa sebagai magnet utama investasi Indonesia.

Sektor manufaktur pengolahan logam, makanan-minuman, serta kimia dasar menjadi motor utama pertumbuhan. Capaian ini menegaskan bahwa strategi penguatan investasi tidak hanya mampu meningkatkan kapasitas produksi, tetapi juga meningkatkan kontribusi Jawa terhadap perekonomian nasional secara keseluruhan.

Ratih menambahkan, pertumbuhan investasi juga berdampak positif bagi pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) yang menjadi penopang ekosistem manufaktur. Keberadaan investor besar mendorong rantai pasok lokal dan membuka peluang kolaborasi bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah.

Tantangan dan Upaya Berkelanjutan

Meski realisasi investasi meningkat, tantangan tetap ada. Infrastruktur yang belum merata masih menjadi penghambat, terutama bagi daerah yang jauh dari pusat kota atau kawasan industri utama. Regulasi yang tumpang tindih antarinstansi juga menjadi kendala, di samping akses pembiayaan yang terbatas untuk sektor tertentu.

Untuk mengatasi hambatan tersebut, Bank Indonesia dan Kemenko Perekonomian mendorong implementasi strategi terintegrasi, mulai dari perbaikan konektivitas, dukungan kebijakan fiskal, hingga program pelatihan tenaga kerja berbasis kompetensi. Sinergi ini diharapkan mempercepat realisasi investasi dan meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi di Jawa.

Mendorong Pertumbuhan Berkelanjutan

Dengan penguatan investasi manufaktur, Jawa diharapkan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Investasi yang kondusif tidak hanya menghasilkan output ekonomi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja berkualitas, memperkuat daya saing industri lokal, dan memperluas kesejahteraan masyarakat.

Ibrahim menekankan, strategi ini sejalan dengan visi pemerintah dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi inklusif. Upaya memperkuat investasi manufaktur di Jawa menjadi contoh bagaimana kolaborasi antara sektor publik dan swasta mampu mendorong pembangunan yang berkelanjutan.

Ratih menambahkan, keberhasilan Jawa dalam menarik investasi dapat menjadi model bagi wilayah lain. Dengan fokus pada sektor manufaktur, pelaku industri mendapatkan kepastian, tenaga kerja memperoleh kesempatan, dan masyarakat merasakan manfaat pertumbuhan ekonomi secara nyata.

Penguatan investasi manufaktur menjadi salah satu pilar penting pertumbuhan ekonomi Jawa. Melalui sinergi antara pemerintah, Bank Indonesia, dan pelaku industri, ekosistem investasi yang kondusif terbentuk, membuka peluang kerja, dan meningkatkan kontribusi ekonomi daerah terhadap nasional. 

Strategi optimalisasi konektivitas, insentif fiskal, serta akses pembiayaan menjadi kunci keberhasilan. Dengan capaian investasi yang signifikan dan rencana berkelanjutan, Jawa diyakini akan terus menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia di masa mendatang.

Terkini